Baca juga: Gandeng UMKM, KAGAMA Batang Bagikan 1.000 Masker kepada Masyarakat
“Ada kesan menjaga image hingga kesan menunjukkan perhatian dari kedua teman tersebut,” kata Abu.
Abu melihat temannya jadi percaya diri, merasa perasaannya mendapat ‘sinyal’ positif.
Namun tak dinyana, kekecewaan akhirnya dialami oleh teman Abu yang sudah terlanjur percaya diri itu.
“Saat saya dan teman-teman pergi mandi pagi ke sungai, tiba-tiba ada suara menjerit keras,” ujarnya.
“Ternyata teman laki-laki saya tadi merasa kecewa karena cintanya ditolak.”
“Cinta tidak bisa dipaksakan, teman wanita kami dari FKG itu ternyata tidak memiliki perasaan apa-apa,” imbuhnya setengah berkelakar.
Baca juga: Cerita Donasi 1.000 Masker KAGAMA Batang, Libatkan Penjahit Sekitar Rumah
Lulusan Tercepat
Melanjutkan cerita, kisah lain yang membekas dalam ingatan Abu Huraeroh yakni ketika mengerjakan skripsi pada 2002.
Abu masih ingat percakapannya dengan sang dosen pembimbing, yaitu Dra. Sri Handaru Yuliati, M. B. A.
“Saya bisa mati cepet kalau membimbing sampean mas,” tuturnya menirukan sang dosen kala itu.
Abu merasa dirinya adalah mahasiswa yang biasa-biasa saja. Namun interaksi dengan sang dosen pembimbing semakin melecut semangatnya untuk segera merampungkan skripsi.
Abu semakin giat dan disiplin mengikuti bimbingan, serta melakoni segala saran dan koreksi yang disampaikan sang dosen pembimbing.
Alhasil, pengerjaan skripsi tersebut berjalan cepat, sehingga membawanya lulus menjadi lulusan tercepat pada periode tersebut.
“Alhamdulillah beliau hingga saat ini masih sehat dan semoga selalu sehat dan terima kasih atas bimbingan skripsinya,” ujar Abu.