Banyak yang Mengaku Beriman, Mengapa Orang Indonesia Masih Lakukan Pelanggaran Kriminal?  

1650
(Foto: M. Jusuf Wibisana) Keimanan saja tidak cukup untuk membentuk sikap terpuji bagi seorang yang beragama. Dok: Ist
(Foto: M. Jusuf Wibisana) Keimanan saja tidak cukup untuk membentuk sikap terpuji bagi seorang yang beragama. Dok: Ist

KAGAMA.CO, YOGYAKARTA – KAFEGAMA (Keluarga Alumni FEB) UGM menggelar kajian daring pada Sabtu (16/5/2020) lalu.

Tema yang diangkat pada kesempatan tersebut adalah Puasa, Pengendalian, diri dan Lailatul Qadr.

Bagi M. Jusuf Wibisana, sarana pengendalian diri telah dijelaskan melalui Qur’an Surat Al Baqarah ayat 183. Yakni dengan berpuasa Ramadan selama sebulan penuh.

Sebagaimana intisari dalam ayat di atas, Jusuf berpendapat puasa adalah jalan bagi seseorang yang beriman untuk melangkah menjadi insan yang bertakwa. Pasalnya, iman saja tidak cukup.

“Puasa adalah ibadah yang unik, beda dari ibadah lain dalam rukun Islam,” tutur Jusuf.

“Puasa itu personal, niat tulus yang tahu adalah kita dan Allah,” ucap anggota KAFEGAMA 78 ini.

Menurut Jusuf,  tiada seorang pun yang tahu apakah kita benar-benar sedang berpuasa.

(Foto: Anggito Abimanyu) Keimanan saja tidak cukup untuk membentuk sikap terpuji bagi seorang yang beragama. Dok: Ist
(Foto: Anggito Abimanyu) Keimanan saja tidak cukup untuk membentuk sikap terpuji bagi seorang yang beragama. Dok: Ist

Baca juga: KAGAMA Jatim Sukses Gelar Kontes Foto WFH, Para Pemenangnya dari Seluruh Wilayah Indonesia

Karena itu, tutur dia, Allah mengatakan pahala orang yang puasa itu ada pada-Nya. Allah sendiri yang bakal memberi pahala itu.

Jusuf menilai, puasa mendidik manusia supaya manusia bisa melaksanakan seluruh amalan dari Tuhan.

Meskipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dan mengawasi kita.

Hal inilah yang dipandang Jusuf membedakan puasa dengan salat, sedekah, sedekah.

Sebab, lanjutnya, salah , sedekah, dan haji bisa disaksikan dan diketahui oleh orang lain.

Pria asal Kediri, Jawa Timur, ini lantas teringat satu kisah dalam hidupnya. Kisah itu menggambarkan tentang keimanan yang diuji.

Suatu hari saat Jusuf masih berkuliah di Akuntansi UGM, akhir 70-an, dia pergi untuk mengunjungi rumah temannya di daerah Pojok Beteng (Jokteng).

Baca juga: KAGAMA Sulsel Serahkan APD Tahap Kedua untuk 2 Rumah Sakit dan 7 Puskesmas