Dekan Fakultas Biologi UGM Sebut 2 Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Penyebaran Virus Corona

3709

Baca juga: KAGAMA Kutai Timur Salurkan Bantuan Penanggulangan Covid-19

Merujuk salah seorang pakar, Budi menduga bahwa pola persebaran Covid-19 tidaklah acak.

Namun, ucapnya, ada indikasi dipengaruhi faktor lingkungan.

“Virus ini merebak dengan cepat pada Januari hingga Februari lalu,” kata Budi.

“Yakni di belahan bumi utara yang memiliki suhu relatif lebih dingin dengan kelembapan rendah seperti Tiongkok, Iran, Jepang, dan Korea (Selatan).”

“Sebaliknya, di daerah dengan suhu yang lebih hangat dan lembap seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia, tidak terjadi pertambahan jumlah kasus yang signifikan.

“Meskipun faktor lingkungan tersebut bukanlah satu-satunya faktor,” terang pria kelahiran 1970 ini.

Fakta lain yang disebutkan Budi dari pakar lain adalah hingga 11 Februari 2020, belum ditemukan kasus Covid-19 di Amerika Selatan dan Benua Afrika.

Baca juga: Ungkapan Menteri Budi Karya Sumadi Setelah Mendapat Dukungan dari KAGAMA Balikpapan

Kecuali satu kasus di Mesir. Menurut Budi, gara-gara fakta tersebut, beberapa peneliti terpacu untuk melakukan studi pemodelan.

Hal itu dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban terhadap laju persebaran Covid-19.

Dia bertutur, secara umum, peneliti sepakat bahwa terdapat indikasi persebaran Covid-19 yang dipengaruhi suhu dan kelembapan.

Berdasarkan penelitian para pakar terdahulu, Budi meyakini bahwa suhu dan kelembapan juga jadi faktor yang memengaruhi penyebaran dua virus Corona sebelumnya.

Misalnya pada SARS-CoV-1 yang penyebarannya diklaim meningkat 18 kali di suhu rendah.

Namun, SARS-CoV-1 bakal kehilangan aktivitas ketika suhu lingkungan berada di angka 38° Celcius dengan kelembaban udara 40%.

“Penelitian tentang korelasi antara perubahan suhu dan kelembapan terhadap persebaran SARS-CoV-2 serentak dipublikasikan pada Maret lalu,” tutur Budi.

Baca juga: Lakukan Kegiatan Ini untuk Mengusir Bosan Saat Physical Distancing