Dana Desa Hanya Akan Berdampak Positif jika Dikelola Secara Demokratis

219

Baca juga: Mahasiswi Fakultas Biologi UGM Ini Ikuti Konferensi di Jerman untuk Perangi Pengangguran Kaum Muda

Dugaan ini kemudian dibabar dalam seminar bulanan Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM beberapa waktu lalu.

Iranda Yudhatama memberikan pemaparan pertama dalam seminar bertema Dana Desa dan Menguatnya Kapitalisme di Perdesaan ini.

Pria yang akrab disapa Yudi itu adalah aktivis desa di Swara Nusa Institute.

Yudi mengatakan, kapitalisme di perdesaan Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan.

Yakni ketika era perdagangan hasil perkebunan seperti kopi, teh dan tebu.

Baca juga: Bazar Durian KAGAMA Surakarta Ludes Terjual

Permintaan pasar pada komoditas tersebut membuat warga desa mengubah polanya.

Semula mereka hanya membudidayakan tanaman pertanian untuk dikonsumsi sendiri seperti beras, jagung, dan kacang tanah.

Lantas, mereka berubah karena turut membudidayakan komoditas tanaman yang laku di pasar internasional.

“Namun, perubahan pola budidaya tersebut sama sekali tidak menghilangkan kebiasaan mereka untuk membudidayakan tanaman pangan,” kata Yudi, melansir laman PSPK UGM.

Mengutip salah seorang pakar, Yudi meyakini bahwa konsep yang diterapkan warga desa waktu itu adalah dualisme ekonomi.

Baca juga: Pemandangan Selat Makassar Jadi Latar Pertemuan Bulanan KAGAMA Balikpapan