Sejarawan UGM Kisahkan Pencarian Keris Pangeran Diponegoro yang Tersasar di Belanda

4662

Baca juga: Keris, Teknologi Canggih yang Menyimpan Pesan Ketauhidan Leluhur

Kemudian, kata Margana, baru pada 2019, Tom Quist sepakat dengan pendapat Johanna Leifeldt.

Tom Quist percaya bahwa dua keris lain yang ditemukan oleh Pieter Pott dan Susan Legene dipastikan bukan keris Pangeran Diponegoro.

Kepastian bahwa keris Pangeran Diponegoro berada di Belanda dibuktikan dengan adanya tiga dokumen penting.

“Yaitu korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831,” tutur dosen Departemen Sejarah FIB UGM yang hobi melukis ini.

Margana menjelaskan, dalam korespondensi itu disebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro.

Baca juga: Pengurus KAGAMA FILSAFAT Masa Bakti 2019-2024 Resmi Ditetapkan, Berikut Susunannya

Keris itu lantas disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ).

Setelah  KKVZ bubar, keris ini pada diserahkan ke Museum Volkenkunde, Leiden, pada 1983.

“Dokumen kedua adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo yang ditulis dalam Bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Belanda,” kata Sri.

“Dalam surat itu, Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.” Jelas pria kelahiran 15 Oktober 1969 ini.

Adapun dokumen ketiga yang disebut Sri Margana adalah catatan dari Raden Saleh.

Baca juga: Alumnus Teknik Sipil Angkatan 1981 Ini Resmi Dilantik sebagai Dirjen Sumber Daya Air