Kepanikan Bisa Menghambat Pencegahan Covid-19

234
Manajemen pencegahan juga tergantung pada rasa percaya diri. Foto: Dream
Manajemen pencegahan juga tergantung pada rasa percaya diri. Foto: Dream

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Pasca mewabahnya Covid-19 hingga ke Indonesia, muncul kepanikan di masyarakat.

Beberapa orang mendadak paranoid ketika menyaksikan tetangganya yang baru pulang dari luar negeri atau negara-negara yang sudah terpapar Covid-19.

Kasus lainnya, masyarakat seperti menjadi takut setelah tahu berada di satu lingkungan dengan penderita atau yang sudah suspect Covid-19.

Di lain sisi, masyarakat juga berbondong-bondong, memburu kebutuhan pokok, termasuk masker, handsanitizer, dan empon-empon.

Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova. Emilia MPH, Ph.D., M.Med.Ed, Sp.OG (K), Ph.D, mengatakan, peristiwa ini juga menjadi persoalan bagi upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Baca juga: FTP UGM Kembangkan Kawasan Agroforestry Untuk Sejahterakan Warga Imogiri, Bantul

Lebih parahnya lagi, setelah masyarakat mengetahui gejala-gejala penyakit akibat covid-19, sebagian dari mereka justru menstigmatisasi atau mengucilkan orang yang memiliki ciri-ciri gejala penyakit tersebut.

“Hal-hal ini justru yang semakin membuat orang menjadi ketakutan. Satu hal dalam prinsip-prinsip untuk penanganan wabah ini bahwa stigmatisasi tidak akan membantu manajemen pencegahan jadi berhasil,” terangnya dalam jumpa pers di Gedung Pusat UGM, pada Selasa (03/03/2020).

Mengisolasikan tanpa tahu apa yang harus dilakukan, kata Ova, justru akan menimbulkan kepanikan yang tidak perlu.

Dia menambahkan, manajemen pencegahan juga tergantung pada rasa percaya diri kita.

“Kalau kita sudah gamang, nggak ngerti kenapa, kemudian dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan ciri-ciri biologis penyakit itu. Manajemen pencegahan nggak akan berhasil,” pungkasnya.

Baca juga: Alumnus Teknik Elektro UGM Ini Sukses Lunasi Utang Rp1,4 Miliar dalam 6 Bulan dari Jualan Panci