Pakar Tata Ruang KAGAMA Paparkan Konsep Transportasi Masa Depan Kota Solo

1917
Alumnus Fakultas Teknik UGM, Kusumastuti, MURP, jadi salah satu pembicara dalam pelantikan Pengcab KAGAMA Sukoharjo dan Surakarta, Sabtu (29/2/2020). Foto: Ist
Alumnus Fakultas Teknik UGM, Kusumastuti, MURP, jadi salah satu pembicara dalam pelantikan Pengcab KAGAMA Sukoharjo dan Surakarta, Sabtu (29/2/2020). Foto: Ist

KAGAMA.CO, SURAKARTA Masa depan Transportasi Kota Surakarta menjadi topik diskusi dalam rangkaian pelantikan Pengurus Cabang KAGAMA Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta masa bakti 2020-2025, Sabtu (29/2/2020), di Gedung DPRD Surakarta.

Pakar Tata Ruang KAGAMA, Kusumastuti, MURP, memperoleh kesempatan pertama untuk memaparkan gagasannya.

Kusumastuti mengatakan, Kota Surakarta didesain Belanda pada 1940 dengan empat stasiun yang saling terhubung.

Yakni Stasiun Balapan, Stasiun Purwosari, Stasiun Kota (Sangkrah), dan Stasiun Jebres. Seluruh stasiun tersebut statusnya aktif hingga sekarang.

Namun, ada langkah yang perlu dilakukan untuk bisa menjaga warisan itu sehingga Surakarta tetap memiliki karakter sebagai kota sejarah.

Masa depan Transportasi Kota Surakarta menjadi topik diskusi dalam rangkaian pelantikan Pengurus Cabang KAGAMA Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta masa bakti 2020-2025. Foto: Dian
Masa depan Transportasi Kota Surakarta menjadi topik diskusi dalam rangkaian pelantikan Pengurus Cabang KAGAMA Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta masa bakti 2020-2025. Foto: Dian

Baca juga: Alumnus UGM Punya Satu Solusi untuk Redam Konflik Antarsuku di Papua

“Konsep Transit  Oriented Development (TOD) dapat diterapkan agar warisan itu bisa dipertahankan dan disesuaikan dengan kondisi Kota Solo,” kata Kusumastuti.

“Hal itu dilakukan dengan mengintegrasikan jaringan kereta api dengan jaringan yang ada di dalam kota seperti Batik Solo Trans (BST),” jelas alumnus Arsitektur UGM angkatan 1976 ini.

Dosen Perencanaan Wilayah Kota (PWK) Universitas Sebelas Maret (UNS) ini menerangkan, setiap titik TOD di sekitar stasiun dapat dikembangkan menjadi kawasan berintensitas tinggi.

Yaitu dengan memberikan kelengkapan berbagai infrastruktur layanan publik. Hal itu meliputi sekolah, perkantoran, klinik, komersial, dan pemerintahan.

Kata Kusumastuti, keberadaan infrastruktur yang lengkap bakal mampu melayani seluruh kebutuhan masyarakat tanpa pergi ke tempat jauh.

Baca juga: Didi Kempot Beri Contoh Kebhinnekaan pada Malam Temu Alumni FK-KMK UGM 2020