Penyakit Antraks Menjalar di Gunungkidul, Begini Gejala dan Penanganannya

255
Apabila seekor ternak telah menunjukkan gejala antraks seperti demam tinggi, gelisah, tidak mau makan, mati dengan keluarnya darah hitam dari lubang tubuh atau mati secara mendadak, pemilik ternak perlu menghubungi puskeswan atau petugas kesehatan hewan terdekat. Bukan menyembelih hewan tersebut untuk dijual atau dikonsumsi. Foto: Antara
Apabila seekor ternak telah menunjukkan gejala antraks seperti demam tinggi, gelisah, tidak mau makan, mati dengan keluarnya darah hitam dari lubang tubuh atau mati secara mendadak, pemilik ternak perlu menghubungi puskeswan atau petugas kesehatan hewan terdekat. Bukan menyembelih hewan tersebut untuk dijual atau dikonsumsi. Foto: Antara

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Beberapa waktu lalu masyarakat mulai dibuat khawatir oleh menyebarnya penyakit antraks di Gunungkidul.

Walaupun demikian, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus , DAA, DEA., mengajak masyarakat agar tidak perlu khawatir berlebihan.

Bagi dia, yang terpenting masyarakat tetap berhati-hati.

Antraks merupakan penyakit yang bersumber binatang dan tidak menular dari manusia ke manusia.

Penularannya biasanya terjadi karena adanya kontak langsung dengan hewan yang sakit atau daging hewan yang terkontaminasi.

Mengonsumsi daging hewan yang terkontaminasi spora antraks juga dapat membuat manusia terjangkit penyakit ini.

Ali mengusulkan agar dilakukan pembatasan mobilisasi orang dan ternak, demi mengurangi risiko penularan dan langkah-langkah strategis lainnya terkait biosecurity.

Jumpa pers di kantor Humas UGM. Foto: Humas UGM
Jumpa pers di kantor Humas UGM. Foto: Humas UGM

Baca juga: UGM Bikin Lidah Elektronik Serba Bisa yang Mampu Deteksi Kehalalan Produk

“Satu yang paling sederhana, bagaimana orang yang keluar dan masuk kandang itu diberi disinfektan,”ucapnya dalam jumpa pers di kantor Humas UGM, pada Sabtu (18/01/2020). 

Penularan penyakit antraks terhadap manusia dapat termanifestasi ke dalam 3 macam yakni antraks kulit akibat kontak langsung dengan binatang yang sakit atau mati, antraks pencernaan jika mengonsumsi daging yang terkontaminasi antraks, atau antraks pernafasan melalui spora antraks yang terhirup.

Dari ketiganya, penyakit yang paling sering terjadi adalah antraks kulit, dengan gejala demam, bengkak, serta luka yang memunculkan kopeng menghitam tebal.

Sementara itu, dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM,

dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD, mengatakan bahwa antraks merupakan jenis penyakit yang relatif tidak fatal.

Menurutnya, lebih berbahaya antraks pernafasan dan pencernaan.

Riris menjelaskan, masyarakat perlu memiliki kesadaran yang lebih besar tentang penyakit ini dan paham cara mengatasinya.

Baca juga: Ganjar Pranowo Torehkan Prestasi Usai Bawa Jateng Nomor 1 soal Penurunan Kemiskinan