Cerita Jaka Widada yang Hobi Meneliti Sejak Mahasiswa

2562

Baca juga: Menteri Basuki Hadimuljono Sebut Tiga Penyebab Banjir Jakarta

Ketika itu, Jaka bersama kawannya melakukan beberapa ekspedisi.

Sejak saat itu, misi yang dibawa mulai bisa mengubah aktivitas mahasiswa pecinta alam di Fakultas Pertanian UGM.

Dalam kegiatan ini PLANTAGAMA adakan seminar dan kajian.

Bersama-sama, dia tularkan kepada kawan-kawan pecinta alam bagaimana mencintai alam dengan memahami alamnya secara ilmiah.

“Ada ilmu terkait antara kuliah di pertanian dengan kegiatan pecinta alam. Mulai dari tumbuhan, tanah dan batuannya, air dan hidrologinya, penyakit tumbuhan, siklus unsur dalam tanah dan sebagainya,” ujar Jaka.

Baca juga: Kagama Peduli Banjir Dirikan Posko Satgas di Jakarta, Bekasi dan Tangerang

Batu Loncatan Menjadi Dosen

Dalam kehidupan sehari-harinya di kampus, Jaka juga kerap menyambangi kawan-kawannya yang berbeda bidang, hanya untuk sekadar ngobrol santai dan berdiskusi.

Dari situ diakui Jaka banyak muncul ide-ide baru penelitian antar bidang.

Jaka yang dulu juga aktif sebagai ketua Keluarga Mahasiswa Ilmi Tanah (KMIT) dan Perhimpunan Mahasiswa Mikrobiologi Pertanian (PERMAHAMI) ini, kerap mengikuti lomba-lomba penelitian dan lomba karya tulis ilmiah.

Dia juga berinisiatif menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk mahasiswa yang berhubungan dengan riset.

Akhirnya muncul panggilan jiwa Jaka untuk menjadi dosen, karena kegemarannya melakukan riset sejak mahasiswa.

Menurutnya profesi ini memberi banyak kesempatan bagi seseorang untuk melakukan penelitian sekaligus berbagi dengan mahasiswa.

“Tentu yang Saya inginkan tidak hanya sekadar penelitian menjadi paper saja, tetapi juga syukur sampai ke hilirisasi riset, yang bisa dimanfaatkan lebih banyak orang” jelasnya.

Terbukti dari beberapa hasil risetnya sudah menghasilkan produk yang telah diberikan dan diajarkan kepada petani seluruh Indonesia (dari Aceh Tenggara samapai Merauke), telah didaftarkan patennya (4 buah) dan telah dikomersialkan oleh BUMN dan perusahaan swasta.

Baca juga: Bahaya di Balik Nikmatnya Rebahan