Petualangan 12 Tahun yang Membuat Wulan Hardjosoediro Memilih Pulang

1661
Karier 12 tahun sebagai arsitek bak sebuah peta bagi kepulangan Wulan Hardjosoediro. Foto: Istimewa
Karier 12 tahun sebagai arsitek bak sebuah peta bagi kepulangan Wulan Hardjosoediro. Foto: Istimewa

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Niat Wulan Hardjosoediro sepertinya sudah bulat sejak menyelesaikan pendidikan strata satu di Teknik Arsitektur UGM pada 2004.

Ya, wanita kelahiran Yogyakarta ini memang menyimpan hasrat untuk bergelut di bidang arsitektur.

“Dari kecil Saya memang pengen jadi insinyur bangunan. Saat SMA, Saya semakin suka arsitek karena tahu bahwa tidak ada mata kuliah kimia,” tutur Wulan, saat ditemui KAGAMA beberapa waktu lalu.

Angan-angannya pun terwujud, ketika tahun kelulusan di UGM juga menjadi momentum bergabungnya Wulan ke perusahaan BUMN, yakni PT Hutama Karya sebagai konsultan.

Empat tahun berada di Hutama Karya, ibu tiga orang anak ini memutuskan pindah ke kontraktor milik mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (2008-2009).

Karier Wulan di perusahaan Pak JK cukup singkat setelah dia tertarik kembali menjadi konsultan di perusahaan kontraktor milik adik kakeknya.

Di perusahaan yang bernama Gubah Laras tersebut, Wulan sempat mencicipi pengalaman proyek besar yakni merevitalisasi terminal satu dan dua Bandara Soekarno Hatta pada 2012-2013.

Suasana di stan Akuna. Foto: Tsalis
Suasana di stan Akuna. Foto: Tsalis

Baca juga: Arif Wibowo Ukir Pengalaman Menyenangkan di Bidang Pertanian Sejak Mahasiswa

Wulan, yang bersuamikan Amri Kusumawardana Sumodiningrat, lantas memilih rehat sejenak dari aktivitas proyek.

Keputusan itu wajar diambil Wulan karena dia sudah dikaruniai dua orang anak, yakni Deandra dan Damian.

Adapun beberapa tahun selanjutnya, Wulan melahirkan anak ketiga bernama Defrangga.

Walau begitu, wanita kelahiran 1980 ini tetap tidak melepaskan secara penuh dunia arsitektur yang bisa dikatakan sebagai passion-nya.

Pasalnya, selepas memilih tidak aktif di perusahaan adik sang kakek, Wulan masuk dan menjadi pengurus IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) nasional mulai 2013.

Di IAI, sulung dua bersaudara ini menjadi anggota badan pelestarian nasional.

“Kerjaannya cukup menyenangkan, kami mengobrolkan soal heritage, bikin seminar, dan bikin kelas agar orang bisa merawat cagar budaya,” kata Wulan.

Baca juga: 20 Tahun Lalu, Mahasiswa UGM Sudah Ramalkan Komputer Bisa Pahami Ucapan Manusia