Mimpi Milenial Membeli Rumah

1167

Baca juga: Penyebab Kelompok Agama Legalkan Tindak Kekerasan

”Rumah yang dibayangkan di sini itu rumah tapak, horizontal. Padahal rumah vertikal di negara-negara maju sudah bisa disebut rumah. Misalnya, apartemen, rumah susun, condominium, dan sebagainya. Jadi untuk milenial, definisi rumah tapak itu jangan terlalu kaku,” ujarnya.

Wayan menyarankan milenial bisa memilih alternatif rumah dengan membeli apartemen.

Meskipun masih terbilang mahal, tetapi apartemen sudah lebih terjangkau harganya dibanding dulu.

Alternatif lain yang ditawarkan seperti membeli tanah, kemudian membangun rumah sendiri.

Cara ini bagi Wayan bisa dilakukan, tetapi menurutnya kurang efisien.

”Betul juga di satu sisi, tetapi bank agak sulit sekarang mencairkan dana untuk beli tanah. Kecuali dia bisa menyisihkan uang sendiri. Nanti problemnya sama, nyicil beli tanah, kemudian uangnya habis. Terus masih harus nunggu uang lagi untuk bangun rumah,” ujarnya.

Milenial harus mengumpulkan uang sejak dini.

Gaji yang diterima, kata Wayan, sebaiknya jangan langsung dihabiskan, tetapi disisihkan sebelum dihabiskan.

”Kalau nasihatnya itu, habiskan dari sisa tabungan, bukan tabung apa yang sisa,” jelas Wayan.

Milenial perlu membangun kebiasaan menabung, jika tidak memungkinkan bisa investasi dengan memilih instrumen yang risikonya tidak terlalu tinggi.

Wayan merekomendasikan milenial untuk memanfaatkan reksa dana pasar uang, karena bisa memberikan kenaikan profit terus-menerus, meskipun tipis.

Baca juga: Dharma Wanita Persatuan UGM Ajak Masyarakat Makan Ikan

Kreatif dan Pandai Mengelola Penghasilan

“Kalau ditanya berapa tahun, dia bisa melunasi KPR itu tergantung berapa lama dia mempersiapkan itu. Makin lama waktunya, maka makin murah cicilannya. Di samping waktu, jumlah uang yang disisihkan juga perlu diperhatikan. Mungkin kalau baru awal, masih kecil penghasilannya, tetapi berikutnya bisa saja naik dengan pendapatan sampingan,” jelasnya.

Wayan menambahkan, perhatikan juga jangka waktu cicilan yang diambil.

Dia menyarankan milenal agar mengambil jangka waktu panjang untuk kredit rumah, misalnya cicilan 15 tahun.

“Bahwasannya sebelum 15 tahun, kemudian ada peningkatan lagi, kan kita bisa membayar pokok utangnya, sehingga angsuran per bulannya jadi lebih kecil atau memperpendek usia KPR-nya,” ujar Wayan.

Dia menerangkan, milenial harus bisa mengkombinasikan pendapatannya dan jangka waktu yang mereka ambil untuk mempersiapkan membeli rumah.

Jika jangka waktu kredit ingin dipercepat, maka jumlah angsurannya yang harus diperbanyak.

Di samping penghasilan tetap, milenial biasanya kreatif dalam mencari penghasilan tambahan.

“Atau bila angsuran bank tiba-tiba naik, maka gaya hidup yang perlu dikesampingkan atau penghasilannya yang dinaikkan,” ungkap Wayan.

Telusuri Track Record Pengembang

Bagi yang memilih pola pembelian rumah melalui pengembang, maka penting bagi pembeli untuk mencari informasi lebih dalam tentang track record pengembangnya.

”Cari tahu dia selama ini dia punya klien di mana saja, pernah ada masalah atau tidak. Bisa cari tahu dari Asosiasi Pengusaha Properti di Indonesia,” tuturnya.

Baca juga: UGM Luncurkan Pusat Unggulan Inovasi Pewarna Alami

Dikatakan oleh Wayan, kasus-kasus penipuan di dunia bisnis sifatnya too good to be true.

”Apa yang manis di awal biasanya hancur di belakang. Ada pengembang yang menawarkan KPR, tanpa sita, tanpa denda, tanpa DP, dan sebagainya. Itu tidak realistis,” ujarnya.

Peran Akademisi dan Pemerintah

Walaupun belum fokus pada isu menajemen keuangan yang berorientasi pada pembelian properti, Departemen Manajemen UGM sudah melakukan berbagai kegiatan edukasi pengelolaan uang ke masyarakat melalui forum-forum keuangan.

Wayan juga bercerita, mahasiswa Manajemen membuat forum Gadjah Mada Youth Finance Club, yang memberi penyuluhan ke masyarakat tentang cara mengelola uang yang tepat.

“Tahun lalu Saya pantau masih ada forum ini dan sudah berlangsung kira-kira sejak tahun 2015 atau 2016. Kegiatan itu mereka lakukan dengan berbagai macam metode, baik lewat tulisan, video, atau penyuluhan secara langsung,” ungkap Wayan.

Menambah Ketersediaan Rumah

Tidak hanya kesadaran milenial dan akademisi, menurut Wayan peran pemerintah juga diperlukan dalam membantu masyarakat membangun manajemen keuangan masa depan.

Sebab, rumah merupakan kebutuhan dasar semua orang.

Selain berfungsi sebagai tempat perlindungan, rumah memberi rasa aman dan nyaman bagi penghuninya.

Wayan mengatakan, cara yang bisa dilakukan saat ini adalah menambah ketersediaan rumah, melalui pembangunan rumah susun, serta penguasaan lahan atau mengambil alih  tanah yang menganggur untuk dibangun rumah.

Kedua, pemerintah bisa memberi subsidi untuk bunga KPR.

Umpamanya penawaran subsidi bagi milenial dengan kriteria tertentu.

“Bisa juga menggandeng mitra untuk sponsorship dengan perusahaan-perusahaan yang menyasar milenial,” pungkas Wayan. (Kinanthi)

Baca juga: Almarhum Prof. Supargiyono Dikenal Sederhana dan Lembah Manah