Belajar Egaliter dan ‘Ngewongke Wong’ ala I Wayan Nuka Lantara

2743
Kaprodi SI Manajemen FEB UGM I Wayan Nuka Lantara mengakui, saling mengolok-olok sudah biasa terjadi di kalangan dosen dan terkadang lumayan ‘parah’. Meskipun demikian, para dosen ini tak menganggapnya serius. Foto: Kinanthi
Kaprodi SI Manajemen FEB UGM I Wayan Nuka Lantara mengakui, saling mengolok-olok sudah biasa terjadi di kalangan dosen dan terkadang lumayan ‘parah’. Meskipun demikian, para dosen ini tak menganggapnya serius. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Begitu diterima di Prodi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM pada 1993, I Wayan Nuka Lantara, M.Si, Ph.D merasa cocok dan sesuai ekspektasi.

Tinggal di Jogja membuatnya semakin kerasan menempuh studi.

”Bagi Saya Jogja itu mirip dengan Bali, terutama pluralismenya. Di sini masih mempertahankan tradisi asli daerahnya. Di Bali juga demikian. Itu yang membuat Saya betah sekali,” ungkap pria yang lahir di Pulau Dewata itu.

Menjadi mahasiswa rantau untuk pertama kalinya diakui cukup berat bagi Wayan, karena jauh dari orang tua dan kawan.

Namun, hal tersebut tak lantas membuatnya sulit beradaptasi.

Tidak seperti mahasiswa rantau kebanyakan, Wayan justru memilih kos-kosan yang tidak ditinggali oleh orang-orang Bali, agar proses adaptasinya dengan lingkungan baru bisa lebih cepat.

Baca juga: Sivitas Akademik FEB UGM Pentaskan Wayang Wong “Petruk Dadi Ratu”

Kisah Perploncoan Ospek Hingga Kuatnya Pergerakan Mahasiswa

Kejadian menarik Wayan temui ketika ospek.

Dikatakan olehnya, saat itu budaya perploncoan masih eksis.

”Diberi tugas yang aneh-aneh, disuruh meragakan kencing dengan 50 gaya atau merayu rumput. Kemudian kita juga selalu dianggap salah. Tapi, hukumannya asyik,” jelas Wayan.

Walaupun demikian, pengalaman ini membuat Wayan dan mahasiswa lain lebih akrab dengan seniornya.

Kala itu, kehidupan mahasiswa Wayan berada dalam masa krisis nasional.

Wayan merasakan betul kuatnya pegerakan mahasiswa.

”Dulu public enemy-nya cuma satu, kalau sekarang nggak begitu jelas. Waktu demo, kami dikejar-kejar sampai ke kampus,” ungkap Wayan.

Semasa kuliah, Wayan aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Manajemen (IKAMMA) dan BEM FEB UGM.

Baca juga: Pelaku Usaha dan Konsumen Jangan Terlena dengan Tren Bisnis Digital