Menyikapi Guncangan Ekonomi Digital di Dunia Keuangan dan Pasar Modal

407

Baca juga: Solusi untuk Pendidikan Vokasional di Indonesia

“Kita perlu mencermati apa yang akan terjadi selanjutnya,” ajaknya.

Di sisi lain, Widya mengajak semua orang untuk patut berbangga pada besaran nilai barang di Indonesia, dalam hal ini nilai absolutnya merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Namun, karena PDB Indonesia kecil, maka Indonesia masih kalah dengan Singapura dan Thailand.

Selain memaparkan cara mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, kata Widya, buku ini juga menjelaskan bagaimana jaringan internet di Indonesia masih belum stabil.

Baca juga: Membaca Transformasi dan Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia

Ekonomi Digital adalah Suatu Keniscayaan

Meskipun membawa banyak perubahan, ekonomi berbasis digital bukan untuk dihindari.

Bagi Widya, semua yang terlibat perlu menyikapi keniscayaan tersebut dengan meningkatkan performa perusahaan.

“Dulu orang kalau mau buka rekening investasi di pasar modal bisa memakan waktu tiga hari sampai seminggu. Di era digital ini, kita bisa membuka rekening investasi, rekening dana nasabah, mendapat Single Investor Identification (SID) sekaligus kurang dari 30 menit,” jelas Widya.

Baca juga: Panitia Seminar Pra-Munas KAGAMA XIII Kenakan Busana Adat Nusantara

Gandeng Fintech untuk Tingkatkan Jumlah Investor

Pasar modal sebelumnya bersaing dengan Bareksa dan Investree.

Namun, Widya menyarankan agar pasar modal sebaiknya merangkul mereka.

Bagaimana keduanya menjadi pintu utama untuk orang masuk ke pasar modal.

“Kita gandeng Fintech-fintech ini sebagai mitra untuk meningkatkan jumlah investor. Untuk mencapai jumlah investor di angka jutaan dulu sulit sekali. Sekarang sudah lebih cepat,” jelasnya.

Banyaknya Platform Perlu Didukung Infrastruktur dan SDM yang Memadai

Buku ini juga menjelaskan bagaimana era digital menumbuhkan dan memeratakan ekonomi. Isu tersebut menyinggung aspek gender.

Dikatakan oleh Didi, Ibu Rumah Tangga (IRT) tetap bisa mendapat penghasilan walau hanya di rumah, berkat platform digital itu.

Menurut Didi, perkembangan tersebut perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai.

Di samping itu, SDM juga menjadi krusial. Didi mengatakan jangan sampai masyarakat Indonesian hanya jadi penonton.

“Kita lihat pakar-pakar ekonomi digital justru datang dari negara asing. Di dalam e-commerce misalnya, kita masih butuh SDM yang handal,” ujar Didi.

Baca juga: Alasan Seminar Pra-Munas KAGAMA Digelar di Museum Ranggawarsita, Bukan di Hotel

Waspada Penguasaan Negara Asing terhadap Indonesia

Ada pun ancaman lain yaitu pasar yang hanya dibuka untuk negara lain.

Dijelaskan oleh Didi, saat ini importir tidak hanya atas nama PT, tetapi individu juga bisa menjadi importir.

“Perlu diketahui bahwa penguasaan negara lain terhadap kita tidak hanya kepemilikan modalnya. Tetapi dengan menguasai end to end marketnya. Mulai dari produsen hingga ke jaringan distribusinya,” ungkap Didi.

Untuk itu, imbuh Didi, masyarakat jangan hanya menonton, tetapi menjadi pelaku. (Kinanthi)

Baca juga: Liburan Semester ala Mahasiswa Jadul UGM; Dari Upacara, Bar Mini, hingga Menggelar Pernikahan