Profesi Dosen Wujudkan Mimpi Joko ke Luar Negeri

2201

Malu Dapat Nilai Jelek

Selama menekuni Teknik Sipil, Joko begitu fokus di bidang hidrologi.

Telah banyak publikasi, penelitian, dan pengabdian masyarakat terkait hidrologi yang dilakukannya.

Joko punya motivasi sederhana untuk mengawalinya.

“Tertarik awalnya, hanya malu saja jika mendapat nilai jelek. Kebetulan dosen mata kuliah hidrologi itu saudara saya. Selain itu, hanya keterusan saja setelah banyak memperoleh nilai bagus di peminatan ini,” ungkap pria kelahiran 57 tahun lalu itu.

Joko tak punya alasan khusus mengapa ingin mengambil Prodi Teknik Sipil UGM.

Namun, yang jelas ia suka berhitung.

Hal ini sesuai dengan keilmuan Teknik Sipil yang banyak menuntut mahasiswanya untuk pandai berhitung.

Semasa kuliah Joko aktif di Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil (KMTS), UKM Judo, Persatuan Penembak Indonesia (Perbakin), dan salah satu UKM musik gamelan di UGM.

Namun, karena kuliah padat, Joko tidak maksimal di kegiatan non akademiknya.

Joko berusaha memprioritaskan akademik.

Tidak Berambisi Jadi Profesor

Dari mimpinya yang sederhana, tak terasa hampir 30 tahun sudah Joko meengabdi di UGM.

Sampai pada puncaknya, alumnus mahasiswa SMA Bopkri 1 Yogyakarta itu, dikukuhkan sebagai guru besar pada 2015 lalu.

Ketika ditanya perjuangannya menjadi guru besar, Joko menganggap perjuangan ini menjadi sesuatu yang biasa.

Sebab sejak kecil ia sudah hidup dengan perjuangan.

Ia pun tak punya ambisi menjadi profesor dan punya jabatan.

Sepak terjang Joko tak berhenti di situ.

Setelah resmi menjadi Kepala Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM tahun 2016 lalu, Joko terus berkontribusi mengembangkan prodinya.

“Sekarang banyak departemen pesaing. Mereka terus mengembangkan diri, barangkali mereka juga lebih advance dari departemen ini,” ungkap dosen yang meraih gelar masternya di Asian Institute of Technology, Thailand.

Berangkat dari hal tersebut, Joko ingin Prodinya bisa menciptakan lulusan berkualitas, termasuk memberikan sumbangsih ke masyarakat luas.