Berpikir Holistik Soal Link and Match Antara Prodi dan Industri

513
Prodi Sarjana Terapan harus bisa memberikan kepastian soal konektivitas dan bridging terhadap konektivitas tersebut. Foto: SV UGM
Prodi Sarjana Terapan harus bisa memberikan kepastian soal konektivitas dan bridging terhadap konektivitas tersebut. Foto: SV UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Tahun 2019, Sekolah Vokasi (SV) membuka 13 Program Studi (Prodi) Sarjana Terapan (S.Tr) yang setara dengan Diploma 4.

Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Dekan SV mengatakan bahwa Prodi Sarjana Terapan ini bisa dibilang lebih memberikan kepastian masa depan kerja para lulusannya.

SV menggunakan konsep link and match untuk memastikan Prodi dengan industri selalu bersinergi.

Ketiga belas prodi ini lebih spesifik, artinya terdapat spesialisasi keilmuan di dalamnya.

Misalnya Prodi Perbankan akan dikembangkan bersama Bank Mandiri dan Bank BCA.

“Sinergi antara prodi dengan industri ini dilaksanakan melalui pembuatan kurikulum, penyediaan staf pengajar, beasiswa, program magang, ikatan dinas, sertifikasi kompetensi lulusan, hingga lowongan kerja,” papar Wikan dalam acara Press Conference Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) 2019 SV UGM di Ruang Rapat Humas UGM, Selasa (30/4/2019) lalu.

AB. Widyanta, M.A. memberikan beberapa catatan terkait dibukanya program sarjana terapan SV UGM ini.

Menurutnya, yang menjadi basic dan penting di dunia pendidikan sebenarnya tidak bisa diserap dengan link and match secara parsial.

Menurutnya, dibutuhkan semacam kajian besar, bagaimana perkembangan masyarakat, ketenagakerjaan, dan tantangan zaman yang semakin berubah.

Widyanta menambahkan, diversifikasi pekerjaan dan kebutuhan akan pekerjaan yang spesifik memang perlu.

Namun, penting bagi kita untuk bertanya sampai kapan upaya ini bisa berlangsung?

Artinya, entitas terkait perlu memprediksi durasi waktu dari pelaksanaan konsep link and match ini.

Selain durasi, penting juga dipikirkan soal jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

SV membuka prodi Sarjana Terapan, barangkali ingin merespon kebutuhan kerja yang handal di dunia industri.

Bagi Widyanta, ini tentu menjadi upaya positif, tetapi perlu dipertanyakan lagi soal adakah riset lain berkaitan dengan ini?

“Jangan sampai jawaban ini hanya untuk kebutuhan short term saja. Sebab, pergeseran teknologi hari ini sangat pendek.”

“Pasti akan dibutuhkan updating yang luas untuk memenuhi kebutuhan.”

“Jangka waktu pelaksanaannya pasti juga menyesuaikan,” jelas Widyanta kepada KAGAMA, belum lama ini.