Bangga Turut Wujudkan Jalan Trans Sumatera

937
Bagi Direktur Human Capital dan Pengembangan PT Hutama Karya (Persero) Putut Ariwibowo, jalan Trans Sumatera merupakan bagian dari visi besar Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia menjadi negara maju dan disegani. Foto : Fajar/KAGAMA
Bagi Direktur Human Capital dan Pengembangan PT Hutama Karya (Persero) Putut Ariwibowo, jalan Trans Sumatera merupakan bagian dari visi besar Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia menjadi negara maju dan disegani. Foto : Fajar/KAGAMA

KAGAMA.CO, JAKARTA – Bagi Direktur Human Capital dan Pengembangan PT Hutama Karya (Persero) Putut Ariwibowo, jalan Trans Sumatera merupakan bagian dari visi besar Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia menjadi negara maju dan disegani.

Mulai digarap sejak 2015, HK diberi target menyelesaikannya pada tahun 2019. Putut merasa bangga bisa terlibat dalam mega proyek ini.

“Berdasarkan misi mulia dari proyek ini, saya tidak hanya bekerja untuk mencari nafkah saja, tapi saya bisa ikut berperan dalam membuat rencana dan mengawal mega proyek ini hingga selesai,” ucap Putut.

Jalan Trans Sumatera merupakan jaringan jalan tol sepanjang 2.700 kilometer yang direncanakan menghubungkan kota-kota di Pulau Sumatera, dari Aceh hingga Lampung.

Jalan tol ini dirancang berupa 15 ruas utama dan sembilan ruas pendukung, mulai dari Banda Aceh ke Medan hingga Bakauheuni ke Terbanggi Besar.

“Tahap pertama kita diberi target menyelesaikan jalan sepanjang 800 kilometer. Selain jalan Tol Trans Sumatera, HK juga mesti membangun jalan yang menghubungkan pesisir barat dengan pesisir timur, dari Padang menuju Pekanbaru serta Bengkulu ke Tanjung Api Api,” tuturnya ketika bertemu dengan KAGAMA beberapa waktu lalu.

Pembangunan jalan yang menghubungkan pesisir barat dan pesisir timur Sumatera juga terbilang vital.

Daerah pesisir barat memiliki sumber daya alam berlimpah tapi tidak memiliki pelabuhan besar untu melakukan ekspor, sedangkan daerah pesisir timur punya beberapa pelabuhan besar.

Jika konektivitas terjadi maka distribusi barang atau komoditas dari pesisir barat ke pesisir timur atau sebaliknya dapat dipersingkat sekaligus menggerakkan roda perekonomian di daerah tersebut.

“Program pemerintah menyambungkan pesisir barat dengan pesisir timur plus bikin backbone (jalan Tol Trans Sumatera),” tutur alumnus Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada angkatan 1984 itu.

Menurut Putut, saat HK ditunjuk sebagai kontraktor, mereka sadar bakal sulit meraih keuntungan dalam waktu singkat karena rendahnya frekuensi lalu lintas kendaraan di Sumatera.

Sebagai pembanding, di Sumatera itu lalu lintas hariannya paling ramai berkisar 10 hingga 12 ribu kendaraan.

Sementara lalu lintas kendaraan di Jakarta, sekitar 120 hingga 130 ribu kendaraan yang lalu Lalang setiap hari.

“Walau begitu kami tetap optimistis jalan Trans Sumatera ini bakal mampu menggerakkan roda perekonomian kawasan di Pulau Sumatera.”

“Bahkan potensi ekonominya sangat besar, bila Sumatera sudah terkoneksi,” pungkas Putut. (Jos)