Hubungan Sosial dan Lingkungan Keluarga Tingkatkan Kualitas Hidup Penyandang Difabel

3617

Dengan peran dari keluarga, segala potensi yang ada pada difabel bisa dikembangkan. Selain itu, keluarga yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik bisa menjaga, memeliara, merawat, dan mempertahankan potensi difabel itu.

Budi merujuk dari pemikiran salah satu pakar bahwa kualitas hidup penyandang difabel merupakan kondisi dimana difabel mempunyai ‘fungsi’ dan bisa melakoni pekerjaanya dengan optimal, sehingga mereka lebih puas dan menikmati hidupnya. Penyandang difabel jadi memiliki makna hidup, merasa bahagia dan berguna.

Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, menjadi salah satu lokasi yang dipilih Budi untuk melihat peran keluarga bagi kualitas hidup penyandang difabel. Di wilayah ini setidaknya terdapat 1,16 persen penyandang difabel, yang terdiri dari tuna daksa, tuna netra, tuna wicara, tuna rungu, ekspsikotik, retardasi mental, dan cacat ganda.

Kualitas hidup baik ada pada tuna daksa, tuna nera, tuna wicara, tuna rungu, dan ekspsikotik. Sedangkan sebagian penyandang difabel cacat ganda dan retardasi mental masing mempunyai kualitas hidup yang buruk. Penyandang difabel yang sudah mencapai kualitas hidup baik ini, memiliki keluarga yang fungsional.

Artinya, keluarga mereka sudah melaksanakan fungsi keluarga dengan baik. Sementara penyandang difabel yang masih mempunyai kualitas hidup buruk, memiliki keluarga yang belum menjalankan fungsinya dengan baik.

Hasil pengukuran Budi menunjukkan bahwa keluarga penyandang difabel dengan kualitas hidup buruk ini, memiliki tingkat disfungsional sedang.

Keluarga terbukti mempengaruhi tingkat kualitas hidup penyandang difabel. Di antara fungsi-fungsi keluarga yang ada, hubungan sosial dan lingkungan berperan paling besar. Bisa dikatakan bahwa kekuatan penyandang difabel dalam mencapai kualitas hidup ada pada dua fungsi keluarga ini.(Kinanthi)