Cara Mahasiswa Papua Beradaptasi di Jogja

1264

Penelitiannya tersebut dilatarbelakangi oleh fenomena benturan identitas dan krisis hubungan sosial antara warga masyarakat dengan mahasiswa Papua. Hal tersebut tampak mengemuka di tengah-tengah masyarakat pada tahun-tahun terakhir.

Penelitian etnografis Mahyuddin tersebut menemukan fakta menarik. Terdapat tiga tipologi mahasiswa Papua di Yogyakarta, yakni mahasiswa politis, moderat dan apatis. Ragam tipologi ini berkontribusi dalam pembentukan segregasi maupun jarak sosial yang berujung pada lahirnya diskriminasi sosial.

Mencuatnya kelompok mahasiswa politis dan apatis sangat memengaruhi persepsi publik yang berdampak terhadap keleluasaan mereka dalam menjalin hubungan sosial dengan warga lokal.

“Hal tersebut tampak jika ikatan sosial dan integrasi dalam diri masyarakat kian tergerus, menumbuhkembangkan stigma sosial serta membentuk ruang sela interaksi terhadap mahasiswa Papua,” tulisnya.

Dalam situasi tersebut, mahasiswa Papua mengalami kesulitan dalam membangun relasi sosial yang akrab dalam kehidupan masyarakat. Mereka kemudian merespons dengan membentuk relasi distansi dan kolaborasi sebagai strategi adaptasi agar mampu bertahan dari problem stigmatisasi atas identitas etnis Papua di Yogyakarta.

Sampai hari ini mahasiswa Papua terus berjuang guna membangun persespi positif di kalangan masyarakt Jogja. Hal itu berbuah manis, banyak masyarakat mulai menerima kehadiran mereka. Pun sebaliknya, banyak mahasiswa Papua yang berhasil beradaptasi dengan kota Jogja dan masyarakatnya.(Thovan)