Tanoker, Memberi Perhatian Bersama bagi Anak yang Ditinggal Pekerja Migran

343
Tanoker.(Foto: tanoker)
Tanoker.(Foto: tanoker)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Ide membentuk Tanoker yang digagas oleh Dr. Ir. Suporahardjo, M.Si muncul dari anak-anak yang tidak terurus dengan baik karena banyak dari orang tuanya yang bekerja di luar kota seperti Surabaya, Jakarta, dan Batam atau ke luar negeri sebagai TKI.

Pria yang kerap disapa dengan Supo ini menjelaskan bahwa Tanoker ingin membantu anak-anak agar lebih bahagia dengan bermain. “Biasanya kan orang tua menganggap kalau bermain itu tidak lebih penting daripada belajar. Padahal dengan bermain, anak-anak bisa lebih percaya diri, srawung, dan senang,” ungkapnya kepada KAGAMA melalui telefon.

Memang tidak semua ditinggal orang tuanya bekerja lantas membuat sang anak terlantar.Masih ada sanak-saudara seperti simbah, bibi, atau paman yang mengasuhnya. Namun, Tanoker berusaha memberikan pengertian pada anak-anak bahwa orang tua yang bekerja tidaklah meninggalkan mereka, tetapi berjuang demi masa depan. Oleh karena itu, anak-anak juga harus ikut berjuang dengan cara bergembira dan sekolah yang baik.

Baca juga: Menyulap Kawasan Kriminal Menjadi Ramah Anak melalui Tanoker

Menurut Supo, ada sekitar 70 persen anak yang ditinggal orang tuanya bekerja masih di bawah usia 10 tahun. Jumlah selebihnya adalah anak di usia SMP, SMA, hingga mahasiswa. Tanoker yang memiliki banyak akses terhadap anak dan pendampingnya di lingkungan sekitar memiliki program diskusi setiap akhir bulan.

Dalam diskusi tersebut, pendamping anak dapat mengetahui cara belajar yang baik, perkembangan, serta kesulitan yang dialami anak. Diskusi semacam ini perlu dilakukan karena masih banyak pendamping yang bingung cara mendidik anak dengan baik.

Bahkan, Tanoker pun membuatkan modul tentang pengasuhan secara gotong-royong supaya anak-anak menjadi perhatian bersama bagi orang-orang di lingkungannya.