Pengabdian Alumnus FIB UGM Rawat “Keramik yang Retak” : Yang Tak Tertangani Keluarga, Masyarakat, dan Negara [2]

240

JALAN hidup manusia memang penuh misteri. Meski seseorang menolak ditakdirkan mengalami gangguan jiwa, namun bisa saja hal itu terjadi pada dirinya. Selebihnya, misteri pada manusia yang tergelincir pada penyalahgunaan obat dan mengonsumsi narkoba. Boleh jadi, musibah itu memang harus dilaluinya, menjadi bagian dari jalan hidup mereka.

Mereka yang masuk dan menjalani rehabilitasi di Pondok Rehabilitasi Pondok Tetirah Zikir di Dusun Kuton Desa Tegaltirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, DIY adalah mereka yang tidak tertampung dalam penanganan, baik oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Sementara itu, sebagian dari mereka yang tergelincir masalah narkoba, adalah mereka yang sudah termasuk fase dual diagnosis. Meskipun waras tapi sudah nekad atau kalap.

Dual diagnosis itu waras tapi karena seperti gaya hidup, sudah nekad. Seperti kalap, setiap dapat pil langsung dikonsumsi. Apa pun cara mendapatkannya, kadang mengemis biar dapat uang. Dan, saat ngemis menemukan cara lagi, ngelem. Kalau nggak dapat pil, cari yang bisa bikin fly,” terang H Muhammad Trihardono.

Beberapa pasiennya yang mengalami sakau pernah kabur dari pondok. Caranya, saat rehat mereka membuat lengah teman-temannya dan pengurus pondok. Satu contoh, mantan residivis dari Kalimantan Timur yang masuk rehabilitasi awal 2018. Ia pernah kabur dari pondok dan menggelandang. Selama kabur diduga ia bertahan hidup dengan cara mengemis. Trihardono sempat menyisir di sepanjang jalan dan akhirnya menemukannya tengah tiduran di sebuah masjid dalam keadaan teler. Ia diduga mengoplos beberapa obat bebas.

“Ada yang dirawat sempat lepas. Waktu di rumah dia keturutan (dipenuhi keluarganya –red). Usaha orangtua akhirnya bangkrut karena untuk beli narkoba. Nah, dia kabur waktu rehat. Kalau yang kasus narkoba, tiap sudah sakau, yang dipikir hanya bagaimana cara konsumsi. Akhirnya apa pun dipakai. Mencari substitusinya, jamur tlethong, lem.”