Perbaikan Gizi Perlu Keterlibatan Lintas Ilmu dan Kompetensi

301

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Program perbaikan gizi masyarakat perlu melibatkan berbagai pihak. Tidak hanya pihak yang kompeten di bidang gizi dan kesehatan, melainkan perlu dukungan dan keterlibatan lintas sektoral, antara lain disiplin antropologi budaya, ilmu ekonomi, pertanian, peternakan, kesehatan, ataupun komunikasi massa.

Sekretaris Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) Dr. Lily Arsanti Lestari, STP, MP. mengungkapkan hal itu, Jumat (26/1/2018) kepada kagama.co di ruang kerjanya. Mengingat, lanjut Lily, salah satu faktor utama berkaitan dengan mindset, pola pikir dan pola hidup masyarakat yang banyak dipengaruhi lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi.

Dengan melibatkan antropolog maka dapat dilakukan pendekatan melalui budaya untuk mencapai tujuan mengubah mindset, pola pikir dan pola hidup masyarakat tertentu yang masih mengalami masalah gizi buruk. Juga, dari ekonom dan pertanian dapat melakukan pemberdayaan masyarakat agar menjadi produktif, membudidayakan lahan pertanian untuk menghasilkan tanaman pangan bergizi.

“Infrastruktur juga mungkin perlu diperbaiki untuk memudahkan distribusi hasil panen. Sehingga, tidak terjadi kesenjangan ekonomi akibat masyarakat terisolasi dan tidak mampu membeli hasil panen yang harganya tinggi karena sulitnya distribusi akibat infrastruktur yang buruk,” ujarnya.

Lily mencontohkan timbulnya kasus gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua yang baru-baru ini di-blow up media nasional, memerlukan penanganan lintas disiplin keilmuan dan bidang kompetensi. Karena, masalah serupa juga pernah terjadi pada 2010 di Papua. Saat itu FK UGM bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Asmat melakukan riset untuk pencegahan dan penanganan gizi buruk.

“Dari masalah ketersediaan bahan pangan, solusinya, lahan pertanian tidak harus ditanami padi. Sagu juga tak kalah dengan beras, juga ubi jalar. Di Papua ikan juga banyak dan besar-besar, proteinnya pasti tinggi. Kalaupun ingin memberi bantuan, jangan hanya logistik tapi juga bagaimana memberdayakan masyarakatnya, mengubah mindset, pola pikir, pola hidup,” terang Lily. [RTS]