Tata Merasa Awet Muda

380
Tata Wahyu Faturachman tengah mengumpulkan data alumni MM UGM agar tali silahturahmi alumni dengan almamater tidak putus. Josep/KAGAMA

JAKARTA, KAGAMA. Waktu 15 tahun merupakan masa yang cukup panjang dalam perjalanan karier seseorang. Loyal serta menikmati pekerjaan membuat Tata Wahyu Faturachman betah mengabdi serta mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada di Jakarta.

Meniti karier di MM UGM sejak tahun 2002, saat ini Tata – begitu panggilan akrabnya – menempati posisi sebagai Head of Office Admission, Public Relation and Alumni MM UGM Jakarta.

“Saya senang dengan pekerjaan yang saya jalani. Meski usia bertambah, saya selalu merasa muda sebab kerap bertemu dengan orang-orang muda dan wajah-wajah baru. Ke depan, saya tengah mengumpulkan data dari para alumnus sebagai bank data. Jadi  ketika alumni setelah menyelesaikan studi S-2 di sini, kami tidak kehilangan kontak dengan mereka,” tutur Tata yang ditemui KAGAMA  di kantor sekretariat MM UGM di Tebet, Jakarta, belum lama ini.

Tata Wahyu Faturachman tengah mengumpulkan data alumni MM UGM agar tali silahturahmi alumni dengan almamater tidak putus. Josep/KAGAMA
Tata Wahyu Faturachman tengah mengumpulkan data alumni MM UGM agar tali silahturahmi alumni dengan almamater tidak terputus. Josep/KAGAMA

“Ini menjadi program kerja Kafegagma MM masa kepengurusan 2015-2020, khususnya bidang Networking dan Alumni, membuat bank data mutakhir para alumni. Aplikasinya nanti bisa diakses lewat handphone. Para alumni dapat menuliskan nama, angkatan, pekerjaan terakhir, nomor kontak mereka, serta alamatnya. Data mereka akan langsung terdokumentasi dalam bank data kami,” papar ayah dua orang putri ini.

Menurut Tata, proses pengumpulan data alumni sudah berjalan satu tahun belakangan ini. Hingga wisuda Juli 2017, tercatat lulusan MM UGM mencapai 1417. Jumlah lulusan MM UGM Jakarta, yang kampusnya berdiri sejak tahun 2001, mencapai 3500-an orang.

“Kebanyakan mahsiswa yang belajar di MM UGM Jakarta adalah profesional yang pendidikan S-1 mereka adalah non ekonomi. Oleh karena bekerja di sektor bisnis, mereka merasa perlu mengupgrade ilmu ekonominya. Kami mempunyai kelas, yakni Reguler, Eksekutif A, Eksekutif B, serta kelas Internasional dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar,” ujar Tata lagi. (Ojos)