Budi Karya Sumadi Ingin Terminal Terpadu Pulogebang Setara Bandara

201

KAGAMA, JAKARTA. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan bahwa hanya dua terminal yang menjadi terminal bus percontohan di Indonesia, yakni Terminal Terpadu Pulogebang di Jakarta serta Terminal Tirtonadi di Solo. Oleh sebab itu, dengan fasilitas modern yang dimilikinya saat ini, Menhub berharap Terminal Terpadu Pulogebang bisa memiliki kualitas pelayanan seperti bandar udara (bandara).

Hal ini disampaikan saat Menhub meresmikan Soft Launching Pengoperasian Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta, Rabu (28/12/2016). Dalam kesempatan ini, Menhub juga ingin agar operasional bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) yang masuk maupun yang keluar dari wilayah Jakarta telah terpusat di Terminal Terpadu Pulogebang sehingga tak ada lagi terminal-terminal bayangan.

“Terminal ini sudah memiliki standar internasional, baik dari segi bangunan maupun fasilitas. Oleh sebab itu, saya mau kualitas pelayanan di Terminal Pulogebang sama baiknya dengan bandara, sama baiknya dengan mal. Ada dua terminal yang menjadi percontohan di Indonesia, yakni Pulogebang di Jakarta serta Tirtonadi di Solo. Tak boleh ada lagi terminal bayangan di Ibukota dan bila ada operator bus yang nakal maka diberikan sanksi tegas. Mulai hari ini, operasional bus-bus antar kota antar provinsi yang masuk dan keluar dari Jakarta mesti terpusat di Terminal Pulogebang ini,” ujar Menhub Budi Karya Sumadi kepada wartawan.

Menhub juga mewacanakan adanya konektivitas langsung antara Terminal Terpadu Pulogebang dengan Stasiun Kereta Cakung. “Jarak antara Terminal Pulogebang dengan Stasiun Kereta Cakung berdekatan. Ke depan, saya ingin ada konektivitas langsung, lewat fasilitas penunjang integrasi antarmoda jembatan layang (sky bridge),” tuturnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (tengah), tak mau ada lagi terminal bayangan di Ibukota. KAGAMA/Josep
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (tengah), tak mau ada lagi terminal bayangan di Ibukota. KAGAMA/Josep

Terminal Terpadu Pulogebang dibangun dengan biaya sebesar 450 miliar rupiah dan dananya murni diambil Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemprov DKI Jakarta. Pembangunan fisik terminal mulai dilakukan pada Desember 2010 dan pembangunannya selesai pada tahun 2013. Walau telah selesai dibangun, terminal yang memiliki luas lahan 12,6 hektar dan luas bangunan 5,4 hektar, tidak bisa langsung digunakan karena masalah izin operasional yang belum turun dari Kementerian Perhubungan.

Belum turunnya izin operasional saat itu karena terkendala dua hal, yakni adanya masalah pembebasan lahan untuk akses jalan tol menuju terminal serta akses menuju dan keluar melalui jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) belum kunjung selesai. Setelah kedua masalah selesai, Terminal Pulogebang mulai beroperasi 16 Februari silam dan peresmian Soft Launching telah dilakukan Menhub Budi Karya Sumadi, Rabu (28/12).

Terminal Terpadu Pulogebang memiliki estetika yang berkualitas internasional. Arsitekturnya mengacu pada konsep modern dan multilevel. Ada pemisahan antara sirkulasi penumpang yang ada di lantai satu dan lantai dua yang berisikan kendaraan umum, tempat keberangkatan.

Terminal terbesar di Asia Tenggara ini memiliki ruko dan ritel di lantai I yang berjumlah 50 unit dengan luas 5×9 meter. Kemudian, jika melangkah ke sisi utara, pengunjung dapat menemukan mal dengan luas sekitar 3.700 meter persegi. Sementara itu, di lantai III ada 52 unit untuk foodcourt.